Quantcast
Channel: tindak tanduk arsitek
Viewing all articles
Browse latest Browse all 237

trizara: piknik kaya rasa

$
0
0

Lembang adalah salah satu tempat favoritku di Bandung. Sejak aku SD hingga beberapa tahun yang lalu, aku selalu ke Lembang dengan keluarga, menikmati udara dinginnya yang menggigit kulit. Sayangnya bukan cuma aku yang tahu bahwa Lembang itu indah, sehingga makin banyak orang yang menuju ke sana dan mengakibatkan akses menujunya menjadi padat dan macet.

Karena itu, sepertinya memang untuk liburan di Lembang tak cukup satu hari. Makanya ketika dapat tawaran untuk menginap di Trizara Resorts di Lembang selama 3 hari 2 malam, aku langsung mengiyakan. Apalagi bersama teman-teman travel blogger yang lain, pasti bakal banyak aktivitas yang bisa dilakukan di sana bersama-sama, dibanding hanya liburan sendiri saja.

Perjalanan dari Jakarta ke Lembang sekitar 3 jam lebih, melalui jalan tol Cikampek, jalan tol Cipularang hingga keluar di pintu tol Pasteur. Bis yang membawa kami melaju terus di Jl Pasteur untuk berbelok di depan RS Hasan Sadikin, melewati Mal Paris van Java, terus ke atas bertemu Jl Cipaganti dan Jl Setiabudi, lewat depan terminal Ledeng dan UPI, lalu terus menanjak ke atas melalui jalan berkelak-kelok. Penasaran juga di mana sebenarnya Trizara ini berada, ternyata tepat sebelum gerbang selamat datang Lembang, bis berbelok ke kiri arah Cihanjuang. Sempat berhenti di depan restoran tahu, penumpang berganti dari bis ke angkot untuk masuk ke jalur menanjak yang menantang, dan akhirnya tiba di gerbang Trizara.

Berhubung sudah mendengar cerita dari teman-teman betapa asyiknya glamping di Trizara, di mana kita akan tinggal di tenda-tenda, jadi aku sangat penasaran bagaimana rasanya bertenda selama beberapa hari di sini. Dan ternyata benar saja, hampir semua bangunan di sini non permanen alias memang dinaungi oleh tenda. Apalagi dengan berbagai aktivitas di antara waktu-waktu yang kami habiskan di kehijauan di antaranya, membuat betah dan pikiran pun menjadi segar. Arti kata Trizara sendiri adalah taman di surga dalam bahasa Sansekerta India.

TENDA-TENDA

Tadinya aku berpikir bahwa menginap di tenda ini akan seperti di bumi perkemahan. Tapi ternyata Trizara menawarkan pengalaman setara dengan resort dengan bangunan permanen. Penggunaan tenda dengan bahan kanvas yang kuat buatan Perancis ini ditunjang dengan struktur besi yang saling menarik, sehingga tidak diperlukan tiang di tengahnya.

Bangunan pertama yang menggunakan tenda adalah lobby dan Indriya restaurant dengan bentang yang cukup lebar. Ditunjang dengan tiang-tiang besi bulat, tenda-tenda ini tetap kokoh saat hujan deras melanda. Yang unik adalah modifikasi dari tenda ini dengan sistem bertumpuk dan overlapping, sehingga menciptakan naungan untuk ruang duduk-duduk yang menghadap lembah yang cantik. Untuk alasnya pada bagian ini memang menggunakan cor beton, khusus pada bagian lobby ditutup dengan PVC wood polymer sehingga mengesankan kehangatan dari warna kayunya.

Pada area sesudah lobby terdapat beberapa tenda yang bisa digunakan sebagai ruang pertemuan, area main tenis meja, atau ruang rapat yang berbentuk segi empat. Ruang-ruang ini menghadap pada satu kolam berundak yang menjadi vocal point Trizara, dan berakhir pada satu titik yang bisa melihat keseluruhan area Trizara.

Kondisi tanah dengan kontur yang berlembah, menjadikan adanya pengelompokan area tenda di bagian-bagian tertentu. Yang paling dekat dengan kolam tadi adalah Zana dengan kapasitas dua orang, terus ke bawahnya ada Netra yang juga berkapasitas dua orang dengan mountain view yang indah. Ke arah kiri bisa bertemu dengan sekelompok tenda Nasika untuk empat orang yang mengelilingi satu courtyard bulat, sementara terus ke arah lembah maka akan bertemu dengan tenda Svada yang cantik, untuk empat orang dan langsung pemandangannya gunung gemunung punggungan Burangrang-Tangkuban Perahu.

Tenda Svada tempat aku, Kak Bulan, Mbak Terry, dan Dian Juarsa tinggal sementara ini sepertinya merupakan tenda dengan lokasi paling strategis dan indah pemandangannya. Walaupun lokasinya paling jauh dari lobby dan ruang makan, tapi kebanyakan kegiatan berkumpul di sekitar sini.

Svada memiliki dua tempat tidur, satu double dan satu lagi single dengan kasur tarik di bawahnya. Di antara dua tempat tidur itu terdapat pintu kayu yang menuju ke kamar mandi. Ternyata kamar mandinya tidak berdinding tenda, melainkan panel polimer dengan motif keramik kotak-kotak lengkap dengan sanitary fixture yang bagus. Ketika dicoba, air hangatnya mengalir dengan deras.

Tenda kami berdiri di atas pelat beton yang ditopang oleh tiang-tiang beton juga dengan pondasi setempat di tanah. Tiang-tiang tenda dari besi pun perdiri di atas tumpuan-tumpuan tadi. Karena area tutupannya diangkat seakan rumah panggung, maka kondisi tanah asli masih bisa menyerap air yang menjadi laluan di lembah ini. Pada bagian depan yang menghadap pegunungan terlindungi dengan railing besi yang kokoh, dan ditambah dua kursi untuk bersantai bermalas-malasan sambil membaca atau minum teh.

Di bagian dalam tenda pun tak gelap, karena dilengkapi empat jendela dengan tutupan dobel, yang bagian dalam sengan jala-jala untuk mencegah serangga masuk, namun bagian luar berupa bahan tenda kanvas, untuk melindungi dari pandangan di malam hari. Tak ada pintu tenda di sini, hanya berupa risleting panjang dan digembokkan ke lantai apabila tenda ditinggalkan. Tak banyak binatang yang lalu lalang sehingga dua lapis bukaan ini cukup untuk melindungi kami saat beristirahat.

OLAHRAGA

Buatku yang hobi olahraga, tentu area yang berbukit-bukit ini cukup menantang untuk dijelajahi. Trizara menyediakan sepeda yang bisa digunakan untuk berlalu lalang dari tenda hingga ruang-ruang fasilitas, maupun sebaliknya. Jalurnya yang turun naik membuat harus sigap untuk berganti gigi supaya sepeda bisa tetap melaju dengan tenang. Ha, ternyata di satu tanjakan panjang aku harus menyerah dan menuntunnya.

Ketika bangun di keesokan harinya, aku memutuskan untuk jogging keliling di tengah kabut yang masih menyelimuti. Udara segar membuat pernafasan menjadi lega, namun lagi-lagi tanjakan memperlambat kecepatan lariku. Tapi asyik sekali berkeliling sendiri dalam balutan sweater dikelilingi oleh pemandangan yang indah. Walau tak ada teman yang menemani, staf-staf Trizara resort yang ditemui di jalan senantiasa ramah menyapa. Tak hanya di kawasan resorts, aku juga berkeliling sekitar desa dan menemukan aneka kebun, mulai dari selada, sawi, tomat, hingga kebun kacang panjang.

Nah, ternyata sesudah aku jogging, masih ada zumba time yang sangat menguras energi. Lagu-lagu yang mengiringi menghentak dengan seru, membawa badan untuk bergerak ke mana pun mengikuti petunjuk sang instruktur. Rasanya badan lemes luar biasa hingga makan kepingin nambah terus menerus.

Untuk yang berani ketinggian, bisa mencoba highrope dan flying fox yang lokasinya tepat berada di depan tenda Svada kami. Menaiki tali hingga ketinggian ini juga membutuhkan energi yang cukup sehingga bisa mencapai ketinggian tempat start point permainan-permainan ini berada. Dan lucunya, walaupun di masa muda dulu aku termasuk yang jago tali temali dan bisa bolak balik SRT maupun rapelling, eh di Trizara malah jiper nggak bisa lanjut high rope karena badan sudah terlalu capek. Alhasil aku direscue dari satu titik karena nggak bisa melanjutkan. Yah, bagaimana lagi terjebak dan tak ada jalan lain selain melanjutkan, tapi kaki sudah lemes banget untuk melanjutkan meniti di sling yang membentang. Tapi mas-mas guiding High Rope-nya emang mantap dan baik hati sekali, dengan sabarnya membantuku turun dari ketinggian.

FASILITAS

Kalau buku-buku terkini yang bisa dibaca, memang tersedia di lobby dan bisa dibawa ke kamar, ditambah juga aneka permainan dalam box yang bisa kami mainkan bersama. Mulai dari Jenga yang membuat Kokoh Koper Traveler gemas karena bangunannya runtuh, twister yang membuat tangan dan kaki terbolak balik, hingga permainan ludo yang memaksa kami begadang hingga tengah malam untuk menentukan siapa yang menang tersedia di area lobby yang jadi serasa ruang tamu bersama, tempat berkumpul sambil bernyanyi dan main gitar.

Selain itu, untuk transportasi di dalam lingkungan bisa menggunakan motor ATV yang bisa dipinjam oleh seluruh penghuni Trizara. Dengan kemampuannya menanjak dan menurun, jadi moda transportasi aktif untuk naik turun, apalagi bagi kami yang tinggal di Svada di paling bawah menuju area makan di atas. Jika tak kebagian, bisa juga memesan taxi alias mobil jip yang akan menjemput dari kamar hingga ke bagian depan. Tapi kalau mau bonus olahraga, bisa lewat tangga yang berada di tepi tenda-tenda ini. Lumayan 5-10 menit pendakian untuk menghangatkan badan.

Setiap cluster-cluster di Trizara memiliki green area yang bisa digunakan untuk berkumpul, melakukan permainan seru, dan piknik! Jadi kalau di masa kecil sering membaca Lima Sekawan dan membaca bahwa Julian, Dick, Anne dan George bersepeda dan piknik di bawah pohon sambil minum limun jahe, sepertinya spot ini ditemukan di tengah-tengah cluster Nasika. Di sini kami menggelar taplak kotak-kotak, main gitar, ngemil-ngemil macam-macam, dan berctaman anda seru. Jika mengajak banyak teman untuk mengadakan garden party juga pasti asyik. Lokasi taman ini cukup terlindungi dari angin sehingga tidak perlu khawatir akan kedinginan ketika berada lama di area terbuka ini.

Malam hari tak kalah mengesankan, karena tak lengkap kalau bertenda tanpa api unggun bukan? Di area bawah tepat di depan Svada, terdapat lingkaran untuk kami menghangatkan diri di depan api unggun, sembari membakar marshmallow dan jagung bakar. Udara lembang yang dingin menggigit seketika hangat bukan hanya karena apinya, namun karena kebersamaan yang terciptakan di antara kami.

MAKANAN

Di Indriya Cafe, dihifangkan makanan sesuai jamnya yang disajikan oleh Chef Asep. Makanannya enak, mengenyangkan dan sukses menggagalkan diet (yang baru berjalan dua minggu). Dengan udara dingin begini, siapa yang tahan untuk melaparkan diri? Waktu makan yang tersedia pun dipergunakan sebaik-baiknya untuk mencoba aneka jenis masakan.

Blogger lain pasti hafal karena aku hobi makan dan bolak-balik ke meja hidang untuk mengambil segala jenis makanan dan ditata rapi di meja sebelum kuhabiskan perlahan-lahan. Ada satu yang menjadi favoritku ketika di sini aku menemukan bubur sumsum! Huwaah, kayaknya di hotel-hotel lain aku nggak pernah menemukan masakan tradisional ini, tapi di Trizara tersedia untuk sarapan (tentunya jika anda tiba pada waktu yang tepat).

Area hidangannya di tengah dan di tepi-tepian dengan egg-station yang dekat dapur. Dalam setiap kesempatan makan, aku selalu memilih tempat yang berbeda dengan teman semeja yang berbeda juga supaya mendapatkan pengalaman kenalan yang bermacam-macam. Dan hampir semua melihat jumlah makanku yang banyak menjadi takjub. “Mbak, itu habis semua?” Sebagai yang terbiasa harus selalu menghabiskan makanan, maka pelan-pelan semua makanan ini berpindah ke perutku.

Tapi walaupun beratap tenda dan tidak ada dinding di sekelilingnya, aku tidak merasa kedinginan di Indriya Cafe ini. Entah karena memang sudah memakai jaket tebal sejak dari Svada atau karena canda tawa dan makanan yang tak henti menghangatkan badan ini. Di salah satu sudut memang ada live music untuk lebih menghidupkan suasana.

LINGKUNGAN

Dengan luas area mencapai tiga hektar dan area terbangun tidak mencapai 40%nya, Trizara Resorts ini ramah lingkungan karena bukaannya memungkinkan area ini menyimpan air tanah yang cukup. Apalagi jalannannya pun ditutup dengan paving block, sehingga tidak menghambat resapan air ke bumi. Dengan udara segar dan pemandangan luar biasa, pastinya Trizara menjadi salah satu pilihan untuk berlibur bersama keluarga, sahabat, atau rekan kerja.

Trizara Resorts
Jalan Pasirwangi Wetan, Lembang.
+6222 8278 0085/+62858 7169 8923
trizararesorts@gmail.com
https://www.trizara.com


Viewing all articles
Browse latest Browse all 237

Trending Articles